Monday, December 24, 2018
Surat Cinta untuk Ambon dari Manise :)
Monday, December 24, 2018Beberapa bulan lalu, sekitar juni akhir sampai juli akhir. gue menghabiskan waktu di kampung halaman tercinta. Ambon Manise. Setela...
Beberapa bulan lalu, sekitar juni akhir sampai juli akhir. gue menghabiskan waktu di kampung halaman tercinta. Ambon Manise. Setelah 2 tahun lebih menahan rindu untuk pulang ke tanah manise itu, Akhirnya.... Dalam perjalanan menuju Ambon, pikiran gue hanya sepuutar makanan Ambon yang sudah lama gak gue makan harus semua gue lahap. 3,5 jam gue mengudara menuju kota Manise itu akhirnya sampailah gue. Benar-benar riang seperti anak sekolah yang mendengar bel istirahat atau bel pulang hahaha
Dalam perjalanan menuju rumah, wajah manise ternyata telah banyak berubah, Melewati jembatan merah putih yang membentang tegap dan selalu menawarkan pemandangan sunset nan cantik jika kita berada di atasnya. Ah, memang kota yang sulit gue lupakan bahkan mungkin tak sedikitpun memiliki niatan. Gak jauh dari situ gue melihat trotoar yang cantik menghiasi jalanan depan MCM menuju Pertigaan SPBU Kapok, dalam hati langsung berkata, gue harus nyobain jalan kaki di trotoar itu.
Okay, itu sekilas saja cerita indah tentang Manise ya. Menginjakkan kaki lagi ke Ambon dengan status sebagai sarjana sosial ternyata membuat gue tak luput dari pertanyaan "Tika balik kerja di sini ya?" "Tika kenapa gak kerja di Ambon, baliklah bangun Maluku" "Loh kok gak balik si, terus gimana nasib Maluku klo kalian yang merantau tidak balik membenahi ini kota?". Begitulah kurang lebih pertanyaan yang harus gue jawab selama gue di Ambon. Faktanya, pertanyaan seperti itu bukan baru gue temui, tapi gue sering banget mendapat pertanyaan serupa di sosial media. Tetapi, sebelum sampai ke pertanyaan itu, gue akan menjawab dulu beberapa pertanyaan yang sudah masuk di Akun Instagram gue,
Q : Sebagai orang Ambon, apa kamu merasa istimewa kuliah di Jakarta? Merasa punya tanggung jawab apa ?
To be Honest, kuliah dimanapun asalkan dijalankan dengan tekun itu sebenarnya bagian dari istimewa. Gue pribadi kuliah di Jakarta bukan sebuah kota yang gue impikan dulu, dulu gue mengimpikan kuliah di Malang atau Jogja, kota yang tidak begitu sibuk seperti Jakarta. Namun nyatanya takdir berkata lain. Gue akhirnya kuliah di Jakarta dengan jurusan yang amat sangat gue minati yaitu Hubungan Internasional. Menjadi terasa istimewa adalah ketika gue bisa menunjukan bahwa persaingan yang luar biasa di Ibukota lantas tidak membuat gue yang berasal dari daerah merasa tertinggal. Jujur, awal ke Jakarta gue sempat shock karena pelajaran di jakarta itu beda dengan yang gue pelajari di daerah. Gue gatahu berasa botak waktu gue mengerjakan soal di tempat les gue di Jakarta, padahal itu tempat les yang sama dengan gue di Ambon. Penyesuaian itu terus membuat gue semakin mikir bahwa this is the real of LIFE brooohhh. But i can do that, gue aktif di kuliah, ikut kegiatan diluar kuliah dsb. Dan tetap gue selalu dikenal Ambon, di segala circle gue. Dengan siapapun saat gue berkenalan, dengan bangga gue bilang Iam from Ambon.
Q : Apa yang paling membuat rindu Ambon?
Ada masa kecil yang terus hidup disana, ada teman-teman yang menemani gue tumbuh seiring berjalannya waktu, ada ibu asuh tercinta yang kini semakin menua di Ambon, Ada cerita kisah-kasih di sekolah dengan si dia disana, Ada kisah-kasih putih-merah, putih-biru, putih-abuabu disana. ada masalalu yang membentuk gue menjadi pribadi seperti sekarang.
Mari kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya, rata-rata di IG juga menanyakan hal yang sama dengan apa yang mau gue jawab di tulisan ini. kwkwkw
Tika balik kerja di sini ya?" "Tika kenapa gak kerja di Ambon, baliklah bangun Maluku" "Loh kok gak balik si, terus gimana nasib Maluku klo kalian yang merantau tidak balik membenahi ini kota?"
Sebelum lulus dari perguruan tinggi, gue sudah membulatkan tekad gue untuk menetap di Jakarta. WHY TIKA WHY ?? Gue adalah satu dari jutaan perantau yang berasal dari Ambon, gue juga dulu sempat berpikir untuk balik ke Ambon setelah lulus kuliah. tapi ternyata gue mengurungkan niat utnuk hal itu. gue memilih untuk tidak kembali ke kota manise itu karena gue berpikir bahwa ada cara lebih seksi yang bisa mengharumkan nama Ambon sendiri. Siapa sih yang tidak ingin kembali ke rumahnya untuk merapikan dan merenovasi menjadi megah ? tapi masing-masing orang sudah punya porsinya. ada para perantau yang kembali ke Ambon untuk membangun Ambon, ada juga yang bekerja secara eksternal. maksudnya begini. Mau sejauh apapun gue melangkah, sungguh Ambon gak pernah gue tinggalkan, Ambon melekat di dalam diri.
Dari sudut ibukota ini, gue berjuang untuk meraih mimpi-mimpi. iya gue adalah seorang perempuan yang dulu menyelesaikan SD, SMP, dan SMA di kota Manise segala prinsip hidup diajarkan sewaktu gue di Ambon itu membekas hingga sekarang, itu gak akan pernah pudar. Saat satu persatu mimpi gue gapai kelak, semua akan tahu siapa perempuan pemimpi ini, dia berasal dari Ambon, kota kecil nan manise di timur Indonesia. Jakarta bagi gue adalah kota yang bisa memberikan peluang yang besar untuk gue menggapai mimpi gue dengan cepat, walaupun juga banyak tantangan tetapi setidaknya gue hanya sedikit mengayuh lebih kencang tidak usah terlalu kencang. Banyaknya peluang di Jakarta yang gue akui ini membuat gue semakin semangat untuk menggapai mimpi-mimpi gue. thats why finalisasi dari penataan masa depan yakni gue memutuskan untuk berkarir di Jakarta.
Jadi, memang begini cara dunia bekerja. kadang kita tak perlu terus memakai teori klasik yaitu kembali ke kampung halaman yang bangun kampung halaman, tetapi juga bisa dengan tumbuh menjadi manusia yang hebat, dan berkontribusi untuk bangsa dan negara. Banyak cara mengharumkan kampung halaman bukan ? Sudah, sudah segera habiskan ale pung sopi bung. Mari katong sama-sama membangun Ambon dengan porsi masing-masing.
Dan terakhir, Sebagai kota yang cantik dan manise, AMbon juga harus didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas, kita harus sadar bahwa untuk menciptakan kota yang berkualitas harus diimbangi dengan manusia yang berkualitas. Ini juga menjadi cita-cita dan PR gue untuk mencari formula agar bisa berkontribusi dalam meningkatkan SDM di Ambon. Semua cita-cita ini, ada di tangan generasi muda. merekalah yang mampu menciptakan mimpi itu menjadi kenyataan. Memang tidak mudah, tetapi lebih baik berusaha daripada tidak sama sekali.
Surat Cinta ini dari Tika Manise