Cinta dan Egois

" Ketika kita tidak mencintai diri sendiri, kita tidak bisa mencintai orang lain. Karena kita tidak bisa membagikan apa yang t...


" Ketika kita tidak mencintai diri sendiri, kita tidak bisa mencintai orang lain. Karena kita tidak bisa membagikan apa yang tidak kita punya "

Sebuah tulisan tentang cinta, akhir-akhir ini aku sedang menikmati secangkir bacaan dan setumpuk obrolan tentang cinta dan egois. Aku mulai penasaran tentang siapa yang tidak romantis antara cinta dan manusia. Kenapa ada cinta yang menyakitkan dan membahagiakan. bukankah seharusnya cinta adalah sebuah anugerah indah dari Tuhan? atau sebuah malapetaka?

Rasa ingin tahu ini membawaku pada setumpuk obrolan yang tak ingin ku akhiri. 

Cinta dan egois, Kadang sebagai manusia kita tidak sadar yang kita lakukan ini adalah refleksi dari egois atau cinta? kita terperangkap dalam sebuah keegoisan diri yang kita selimuti dengan cinta. 
kita terperangkap didalam rasa memiliki, sampai lupa bahwa orang lain juga memiliki hidupnya. 

Dari sebuah obrolan, Analogi bahwa manusia itu egois bukan cinta. 
"kenapa kau memelihara burung itu?"
"karena aku pecinta burung, aku siapkan tempat untuknya berikan dia makan dll."

Entah, aku harus memulai dari mana paragraf ini. Aku berharap aku bisa memulainya. 
Kita terperangkap dalam selimut cinta, mengatakan pada dunia bahwa memelihara seekor burung, mengurungnya dalam penjara seorang diri, memberinya makanan dsb" adalah refleksi dari cinta. 
Tanpa kita sadari bahwa cinta yang dimaksud bukanlah cinta yang sesungguhnya melainkan EGOIS.
Bayangkan, burung itu terperangkap sendirian, tidak bisa terbang bebas menikmati anugerah tuhan yaitu sayap untuk terbang, menikmati udara bebas di langit-langit terbang dengan bebas, bertemu burung-burung lain, making love , memiliki pasangan dan berkembang biak.

Tetapi, apa yang terjadi? karena cinta seorang manusia dia harus membuang jatuh kebahagian-kebahagian itu. Dia harus tersiksa karena keegoisan yang terselimuti cinta seorang manusia. Terkurung dalam penjara, sendiri, tanpa terbang, tanpa making love, tanpa kebebasan. 

Cinta adalah melihat apa yang kita cintai hidup dengan bahagia, Love is seeing yourself in another, it doesn't matter if that human or bird or anything. When you make someone happy, you make yourself happy. When you hurt someone, you hurt yourself. 

Dari banyak hal yang aku dalami, aku terdiam pada sebuah hipotesa tentang Cinta itu tanpa syarat, 
ketika kita memutuskan untuk memulai sebuah hubungan, kita tidak bisa menjadikan pasangan sebagai orang yang bertanggung jawab atas kebahagian kita. Bukankah menganggap pasangan sebagai teman baik adalah hal yang romantis daripada harus menganggapnya dengan ekspetasi yang tinggi ? 

Cinta itu membangun, bukan justru mengekang. Posesif dengan landasan cinta bukanlah sebuah refleksi dari cinta tetapi egois. Kita terlalu sering menciptakan sikap menjadi normal, kita lupa untuk menjadi dewasa. Ketika pasangan kita selingkuh, kita akan marah dan bertanya " kenapa kamu ... " , " kenapa kamu .... " kita lupa untuk bertanya "aku kenapa sampai dia seperti itu?" atau bahkan mengatakan " jika ada yang lebih membuatmu nyaman, pergilah." 

Seringkali kita lupa mengintropeksi diri, lupa bahwa semua orang tak memiliki kewajiban untuk baik kepada semua orang. kita egois bahwa pasangan adalah yang selalu dengan settingan kita. Tidak, bukan cinta itu tetap egois. Menjadi Dewasa adalah hal yang sulit, tidak semua mampu melakukannya. Tetapi terkadang menjadi manusia normal itu melelahkan, Sedangnya menjadi dewasa lebih membawa kita kepada sikap iklas dan besar hati.


" Cinta bukan tentang saling memandang, tetapi melihat keluar bersama-sama ke arah yang sama " -Anthoine de Saint-

You Might Also Like

1 comments

  1. Bagaimana kalau kita mencintai orang yang sudah menikah dan kita tetap ingin dan akan berusaha untuk memilikinya...
    Apa itu bs disebut cinta?

    ReplyDelete

Translate