Sunday, February 17, 2019
KABUR (Kerjaliburan) ke Bali
Sunday, February 17, 2019Kabur dulu yah ke Bali, Jakarta banyak orang jahat ahhaha gak deng. Sudah lama gak liburan, hmm akhirnya liburan juga, eh tapi sambil ...
Kabur dulu yah ke Bali, Jakarta banyak orang jahat ahhaha gak deng. Sudah lama gak liburan, hmm akhirnya liburan juga, eh tapi sambil kerja. yeay. Minggu, 11 Februari 2019 gue tiba di Pulau Bali waw banyak sekali yang bisa membuat mata bersih HAHA.
Suatu hari yang terik di Bali (hmm padahal setiap hari terik). Gue menemukan sebuah defenisi kedamaian dalam diri lagi. Bermain kesana kemari dan melakukan hal yang gue suka. Bebasssss. Sebebas-bebasnya. Hanya ada gue, manusia dan semesta. Bermain dengan teriknya matahari yang membuat kulit gue menghitam rasanya sesuatu yang paling seru saat di Bali. Gue bercanda gurau dengan mereka yang gue kenal sebagai manusia. Tanpa apapun yang ingin gue perdalam dari siapa mereka. Yang gue tahu mereka dan gue adalah Manusia.
Sebelum berangkat KABUR ke BALI, gue pastinya sudah melakukan banyak survei tentang kehidupan di Bali, bertanya ke beberapa kerabat yang sudah pernah ke Bali. "Hidup di Bali enak gak ya ?" rata-rata menjawab enaknya untuk liburan doang ah Tik, Enak si tapi gatahu deh kalau kerja di sana dan sebagainya.
Okay, gue ke Bali memang bukan untuk liburan melainkan untuk pekerjaan. Tapi entahlah ini terasa seperti liburan hahaha. Tinggal di Villanya temen gue; Stephanie, main ke sana kemari, ketemu orang lokal dan warga negara asing semuanya menyenangkan!!! Ternyata kerja di Bali lebih dari ekspetasi. Pekerjaan gue ini cukup memakan waktu yang lumayan lama di Bali, karna base company gue yang pindah ke Bali so thats why i am here hehehe.
Seminggu sudah gue hidup di Bali dan will be continue, gue memutuskan untuk menjalani hidup seperti warga Bali. Berbincang dengan orang-orang yang tinggal di Bali, lokal maupun WNA. Datang ke house party dan memperluas jejaring adalah hal yang menyenangkan selama gue di Bali. Banyak hal yang sebenarnya ingin gue ceritakan kepada kalian sahabat blogku tapi rasanya akan sangat panjang kalau diceritakan semua. jadi kita bertahap saja ya.
Pertokoan oleh-oleh di sepanjang jalan menuju pantai Kuta |
Bali memang terkenal dengan daerah yang banyak sekali WNA menetap disini. Selain untuk liburan, Bali juga jadi opsi untuk tinggal dan hidup di Negeri Indonesia Tercinta ini oleh para pemegang Passport bukan WNI. Rasanya seperti lagi keluar negeri karena banyak menjumpai WNA di Bali. Kondisi ini juga membuat Bali menjadi lebih terkenal daripada Indonesia, gue pernah punya pengalaman saat lagi melancong ke luar negeri dan kemudian di tanya asal mana, saat gue jawab Indonesia mereka justru gak tahu tetapi saat gue sebut Bali dan mereka langsung "Oh ya i know". Kehadiran WNA yang banyak sekali di Bali juga membawa dampak yang positif menurut gue karena para penjual, pelayan, tukang parkir, driver motor/mobil semuanya bisa berbahasa inggris. NICE. Warga lokal ini juga tidak hanya bisa menjawab atau bertanya tetapi juga berbincang lancar dengan WNA. Itulah sekilas info dan pendapat tentang Bali.
Mari kembali ke kehidupan yang gue jalani selama di Bali, ternyata Bali memang tidak cocok untuk kerja. Bali memang cocok untuk liburan, tetapi anehnya gue justru sangat menikmati bekerja di Bali, karena setelah seharian kerja gue bisa langsung ke Pantai untuk menikmati sunset dan musik di Pantai. Dan bekerja dengan kondisi daerah yang menyenangkan bisa membuat gue lebih bisa memikirkan hal-hal kreatif lainnya.
Beberapa hari belakangan ini gue sering menghabiskan sore gue di Pantai Seminyak Bali, sekedar duduk di tepi pantai dan menunggu Matahari yang malu-malu untuk terbenam. Setiap hari Pantai di Bali memang selalu ramai, salahsatunya Pantai Seminyak ini, banyak WNA dan WNI yang menghabiskan harinya di sana sekadar menikmati Bakso gerobak biru yang luar biasa enak haha atau menikmati es kelapa atau bahkan hanya menikmati pemandangan semuanya bisa dilakukan di sana.
Sunset di Pantai Seminyak Dok. Pribadi |
Duduk di atas pasir pantai dan menikmati matahari terbenam adalah bagian dari istirahat, menemukan kedamaian, dan damai. Menelusuri pantai dari ujung sampai ujung, menyaksikan senyum bahagia orang-orang yang datang dengan pasangan, teman atau keluarga. Berfoto mengabadikan kecantikan sunset di Bali. Rasanya gak cukup kalau gue hanya menyaksikan. Sepanjang perjalanan menelusuri pantai gue menemukan mereka yang datang ke sana berdua dan hanya bisa selfie untuk mengabadikan foto, sering banget gue menawarkan diri untuk menjadi photografer mereka 1-3 jepretan asalkan moment mereka terabadikan dengan sempurna adalah hal yang menyenangkan.
Melihat mereka bahagia sambil bilang "Wah okay thankyou ya fotonya bagus banget" adalah energi positif untuk gue. Dari hal-hal seperti itu gue belajar bahwa kedamaian dan kebahagian itu berasal dari diri sendiri agar bisa menularkannya kepada orang lain. Hal yang mungkin jarang banget gue lakukan di Jakarta, karena terlalu sibuk kotanya. Lalu semesta sangat baik yakni membuat gue lapar dan haus saat melancong. Gue tahu, ini cara semesta untuk membuat gue berbagi, berbagi beberapa lembar uang di dompet untuk mereka yang menyajikan makanan dan minuman.
Ibu Putu saat sembayang. Dok : Pribadi |
Bali memang memberikan kedamaian, aroma dupa dan canang yang gue hirup hampir di setiap tempat yang gue kunjungi. Mereka percaya bahwa canang adalah rasa terima kasih dan bersyukur keada Dewa karena telah menjaga mereka. Kalau biasanya gue selalu melihat orang islam ke mesjid untuk solat, sekarang melihat orang hindu tiap pagi sembahyang untuk Dewa mereka. Sebuah hal yang rutin di Bali. Sepanjang jalan entah itu di rumah, pasar, toko atau cafe selalu ada sesajen/canang. “Iya saya Sembahyang di sini agar dewa kami melindungi rumah kalian mba”, kata Ibu Putu. Indahnya saling mendoakan, menghargai dan hidup berdampingan dengan damai. :)
Selain itu di Bali, gue mulai melakukan rutinitas baru yaitu membawa tote bag kalau ke supermarket, karena tidak ada plastik untuk mengcover belanjaan kita. Di Bali juga sudah banyak sekali restoran yang tidak menyediakan sedotan plastik tetapi sedotan berbasis ramah lingkungan. Dan itu menyeluruh di Bali. NICE !
Ah Bali .....
Tempat yang tenang untuk menjadi manusia yang bahagia.