Sunday, January 13, 2019
Tenagamu Akan Habis ...
Sunday, January 13, 2019"Jika aku harus memilih antara berhasil di karir atau cinta, aku pasti menjawab cinta ". Pikiranku menuju pada beberapa puluh ...
"Jika aku harus memilih antara berhasil di karir atau cinta, aku pasti menjawab cinta". Pikiranku menuju pada beberapa puluh tahun kedepan, saat diriku adalah seorang istri, ibu, atau bahkan nenek. Saat diriku telah ada di masa-masa menghabiskan waktuku untuk ber-uban dan keriput di rumah nanti.
Tentang Karir dan Cinta, aku membuat sebuah polling di Igstory milikku. Disana banyak sekali yang memilih Karir daripada cinta, 77% responden memilih karir dan sisanya 23% memilih cinta. Aku memutuskan untuk membuat lagi igstory tentang "alasan mereka memilih karir/cinta" dan satu lagi polling yang lebih spesifik dari sebelumnya tentang "berhasil di karir atau berhasil di cinta". Hasilnya tetap berhasil di karir yang lebih banyak di pilih oleh responden.
Aku membaca satu per satu alasan "pilihan" mereka, sesekali berhenti dan mencerna alasan mereka dengan sangat logis. Namun ada beberapa jawaban yang justru membuatku khawatir dengan pola pikir orang tersebut. Tetapi percayalah tidak ada yang salah ataupun benar Tika *ngomong sama diri sendiri*.
Dear siapapun yang membaca ini,
aku ingin menulis dan menuangkan isi kepalaku terhadap bahasan ini. Dari minggu siang, setelah melihat jawaban-jawaban kalian. Isi otakku menari-nari tak karuan seolah ingin keluar dari tengkorak kepalaku. Ah sudahlah mari memulai.
Aku memutuskan untuk menuangkan isi kepalaku secara telanjang, tanpa mengkaitkan dengan feminist, atau apapun.
Teruntuk mereka yang memilih karir,
bukan tugasku untuk mematahkan idealisme kalian.
Sebagai seorang yang ambisius aku menyadari hidup akan selalu ingin pencapaian, sukses di karir adalah salah satu yang membuat seseorang terkadang mengorbankan banyak hal, cinta salah satunya.
Selama ini aku banyak menemui orang-orang yang telah memiliki pencapain dan karir yang sangat bagus. tetapi mereka tidak memiliki suasana rumah yang harmonis.
Aku bahkan lebih banyak menemukan orang-orang yang sederhana namun begitu romantis dengan keluarga mereka. Dan bahkan lebih banyak pula melihat mereka yang memiliki segalanya namun saat makan di meja makan masing-masing justru sibuk dengan handphone mereka.
Aku melihat banyak sekali hubungan yang berakhir karena masing-masing berpikir untuk memilih karir tidak untuk memilih meromantisasikan kembali cinta mereka.
Tidak, tidak ada yang salah.
Tetapi bolehkah lebih romantis untuk memahami bahwa tenaga akan habis pada waktunya, tetapi cinta takkan habis.
Saat begitu banyak urusan menghabiskan tenagamu, kembali kerumah dan disana ada cinta yang kembali mengisi tenagamu. Namun terkadang egois kita benar-benar mendominasi pikiran dan tingkah laku kita. Karir yang berkualitas adalah kehebatan, kepuasan, atau hanya keegoisan kita saja?
Pada akhirnya,
Kita akan memiliki "rumah"
Kita akan menjadi istri/suami
Kita akan menjadi ibu/ayah
Kita akan menua dan keriput
Kita akan menghabiskan sisa-sisa hari tua ini di rumah.
Cinta adalah keluarga kecil kita
Cinta adalah istri/suamimu
Cinta adalah hubungan antara anakmu dan kamu
Cinta adalah pasanganmu yang kelak akan duduk bersamamu di teras rumah, bercerita, bercerita, bercerita hingga tiba waktunya untuk menutup mata.
Aku benar-benar membulatkan keputusanku untuk memilih berhasil dalam cinta daripada karir. Aku memahami bahwa karirku memiliki waktu jatuh tempo, kebahagian fisik yang menurutku tidak seberapa dengan kebahagian batin. Dan bahkan untuk sebuah alasan "Karir yang berkualitas akan mendatangkan cinta yang berkualitas" tidak dapat mencompang-campingkan keputusanku.
jika karir yang berkualitas mendatangkan cinta yang berkualitas, kenapa banyak anak-anak yang merasa kurang atau bahkan tidak mendapatkan kasih sayang orangtuanya yang bahkan orangtuanya bisa memberikan dia apapun. Bahkan, cinta yang berkualitas tidak harus menuntut untuk karir yang berkualitas karena cinta yang berkualitas adalah sebuah refleksi dari ketulusan, kesederhanaan, dan rasa bersyukur satu sama lain.
Karena karir yang berkualitas membutuhkan tenaga untuk berlari, mengejar, mengejar dan mengejar. tetapi cinta yang berkualitas akan mengisi kembali tenagamu, menemanimu, bersamamu hingga hari tua dan istirahat. Aku percaya bahwa karir yang spektakuler tak akan berarti apa-apa jika kita tak memiliki cinta yang berkualitas karena pada akhirnya kita akan kelelahan dan pulang untuk cinta.