Wednesday, July 26, 2017
(Dipaksa) Menjadi Perempuan Mandiri di Metropolitan
Wednesday, July 26, 2017Terbentur, Terbentur, Terbentuk. Setiap malam sebelum tidur, gue selalu menyiapkan 30-60 menit untuk merenung lagi apa aja...
Terbentur, Terbentur, Terbentuk.
Setiap malam sebelum tidur, gue selalu menyiapkan 30-60 menit untuk merenung lagi apa aja yang terjadi, yang gue lakuin, yang gue lihat dalam hidup gue sehari-hari. Gue sering menyediakan sedikit waktu gue untuk me time, untuk merenungkan bahwa hidup emang bukan sekedar bernapas, makan dan minum. selain merenung gue juga sering melakukan evaluasi diri.
Sebagai anak rantau, gue diberi kepercayaan untuk memanage hidup gue sendiri, dan sebagai perempuan jelas gue diberikan mandat untuk menjaga dan melindungi diri gue sendiri di KOTA METROPOLITAN ini. yah awalnya gue kesulitan untuk bisa memanage waktu, uang, dan tenaga gue tapi tooh alam merubah dan membentuk gue sebagaimana sekarang dan gue merasa sangat jauh lebih baik dari gue yang sebelumnya.
Kurang lebih 3 tahun gue lalui dengan segala fenomena, masalah, pengalaman, suka, duka, senang, sedih bahkan menangis adalah hal yang membentur gue hingga akhirnya benturan itu membawa gue ke banyak pencapaian yang gue capai hingga saat ini. Gue bersyukur bisa capai pada titik saat ini.
Gue percaya di luar sana ada berjuta perempuan hebat yang bertahan dan berjuang di tanah rantau, gue salut dengan perjuangan-perjuangan para perantau khususnya demi pendidikan. kalian harus tau, kadang kita diselimuti rasa rindu yang dalam akan rumah, keluarga, dan teman-teman di kampung halaman. Rindu masakan rumah, rindu makan dan minum diurusin orang tua. Tapi apa boleh buat, yang kita bisa lakukan selain berdoa keluarga di kampung sehat selalu agar bisa bertemu dengan kita.
Jakarta membentuk gue untuk menjadi perempuan yang tangguh, mandiri, dan bijak. gue gak mendapatkan pelajaran ini di matakuliah, tapi gue mendapatkan dari kehidupan sehari-hari. Dimana jika ingin bepergian gue selalu sendiri mau sejauh mana pun. Mengurusi segala kehidupan sendiri dari mulai makan, nyuci pakaian, ngurus ini itu, dan masih banyak lagi yang gue lakuin sendiri. entahlah ini terlatih mandiri atau terpaksa. haha. Tapi gue bersyukur dari kemandirian gue ini, gue bisa mencapai apa yang ingin gue capai, yah walaupun untuk masalah biaya hingga saat ini gue masih teriak ke orang tua. tapi makin kesini, gue merasa harus bisa mandiri juga untuk mencari uang tambahan yaitu dengan cara bekerja part time atau freelance. gue mulai malu untuk teriak segala keperluan gue ke orangtua. yah hitung-hitung belajar lagi untuk semakin me-mandiri-kan diri.
Tak hanya itu yang Jakarta ajarkan buat gue, tapi Tangguh dan Bijak. Ini adalah Ibukota, jutaan jiwa ada disini dengan berbagai macam watak dan latar belakang. Jakarta menyediakan segalanya tinggal bagaimana alur hidup kita aja. Gue berteman dengan berbagai macam kalangan dan status sosial. Gue berteman dengan siapa aja di Jakarta, tapi tetap gue harus bijak menentukan siapa yang patut untuk menjadi teman bergaul gue dan mana yang hanya sekedar teman. Jika ada teman gue yang suka ngedugem yah gue gak mungkin menjudge bahwa dia gak baik. whatever siapa dia, toh gue ga punya wewenang untuk mengurusi hidupnya sesuai mau gue. yah gue tetap berteman dengan dia, cukup ambil baiknya dan share juga kebaikan kepada dia.
Selama tinggal di Jakarta, gue gak bisa harus hidup gak open minded karena hal itu akan menjadi boomerang dengan lingkungan. gue mencoba untuk open minded tetapi tetap kritis untuk diri gue pribadi dalam hal menyaring segala hal yang terjadi di sekeliling gue.
kemudian menjadi TANGGUH, keren yah wanita tangguh. hahaha.
kalau kata dosen gue " ingat jangan seperti YUPI ", artinya hidup di metropolitan itu yah jangan lembek. kalau lembek Jakarta serasa neraka. Dibentak dikit langsung lesu, dikerasin dikit langsung nangis. yah kalau kayak gitu mending diam aja di rumah biar aman. Ini nasehat yang membuat gue mencoba untuk terus meningkatkan ketangguhan mental dan fisik gue. Gue tau gak semua orang bisa lembut dan gak semua orang juga kasar, tooh kita tinggal menyesuaikan aja jangan kaku untuk menjalani hidup. intinya hidup di Jakarta harus mental baja :)
Gue bersyukur, sangat bersyukur hidup di Ibu kota. Gue belajar banyak tentang kehidupan. Gue bisa sekalian menyiapkan diri untuk ke adventure selanjutnya. Dan apa yang gue dapat juga ini bisa kemudian gue bagikan ke anak-anak gue nanti, agar mereka terbentuk menjadi manusia yang SIAP.
senang rasanya gue bisa menulis ini gue berbagi juga dengan kalian (pembaca), gue juga menerima jika ada yang ingin sharing dan minta saran/pendapat gue.
Terbentur..... Terbenturrr....... kemudian Terbentuk.