Thursday, April 20, 2017
Surat Kecil untuk Kartini
Thursday, April 20, 2017Selamat Hari Kartini, perempuan-perempuan hebat Indonesia. 21 April 2017 (Sumber : Google) Teruntuk kepada Ibu Raden Ajeng Ka...
Selamat Hari Kartini, perempuan-perempuan hebat Indonesia.
21 April 2017
(Sumber : Google) |
Teruntuk kepada Ibu Raden Ajeng Kartini,
Tepat satu abad lebih yang lalu 21 April 1879
Lahir seorang wanita hebat dari Jepara untuk Indonesia
Cantik, Ayu, Berani dan Gigih
Wahai ibu Kartini ku ....
entah apa jadinya aku tanpa jasamu
entah akan seberapa rendahnya aku tanpa perjuanganmu
mungkin tanpa kehebatanmu aku tak akan bisa menulis surat ini
dan tak bisa merangkai kata seperti ini
Kini Aku bisa bermimpi tinggi
Tidak di remehkan.
Wahai, Wanita Perkasa
Insprirasi bangsa
Insprirasi wanita
Ibu Kartini ku
Entah harus memulai darimana, semua yang saat ini gue rasakan adalah rasa bangga menjadi Perempuan.
Ibu Kartini bukan hanya sekedar pahlawan tapi beliau adalah jiwa yang hidup hingga saat ini dalam diri perempuan-perempuan hebat Indonesia. tanpa beliau mungkin saat ini tak akan ada perempuan hebat Indonesia yang menginspirasi banyak orang.
Beranjak dari situ, sebuah fenomena di era globalisasi yang menurut gue, ini masalah yang seru untuk dipertanyakan dan diperbincangkan. gue pribadi seringkali menyesali sebuah keputusan beberapa orang yang melarang "perempuan"nya berkarir. gue punya sebuah pengalaman memiliki teman yang mengalami hal tersebut. sebut saja Nesa. Nesa adalah wanita yang sangat bersemangat dalam menempuh pendidikan, dia memiliki cita-cita ingin menjadi wanita karir yang bekerja sebagai pembuat keputusan di sebuah Instansi pemerintah dan Luar negeri kelak. Gue pun begitu, kami memiliki tekad dan cita-cita yang sama namun berbeda bidang. Nesa sangat menyukai bidang budaya dan sosial sedangkan gue sangat menyukai bidang Politik dan Militer. walaupun berbeda bidang kami tetap saling meng support satu sama lain.
Pada suatu saat nesa bertanya kepada gue, Tik gimana kalau nanti suami lo setelah menikahi lo, lo bakal dilarang untuk berkarir. seketika gue berhenti mengunyah kentang goreng yang barusan dipesan.
nes gue ga pernah setuju ketika seorang calon suami gue meminta gue untuk tidak berkarir. kenapa ? bro, gue di sekolahin oleh papa gue bertahun-tahun, dan setiap hari gue selalu dihadapkan dengan berbagai tugas yang sulit setiap jenjangnya. gue belajar segala pengetahuan dari mulai SD-Perguruan tinggi. Apa yang gue jalani hari ke hari itu bukan hal yang mudah dengan semangat dan citacita yang terus berkobar di otak gue. dan pada akhirnya "Dia" melarang gue untuk berkarir? lucu sih. Ilmu yang gue kumpulin bertahun-tahun kemudian ga gue manfaatin untuk orang banyak ? semakin lucu ya.
Oke gue tahu, dalam agama seorang istri haruslah melayani imamnya atau suaminya. tapi di era saat ini gue lebih relaistis dalam menanggapi hal ini. gue akan berkarir dan juga melayani. semua ini bisa dijalanin jika kita pintar memanage waktu, lagian nes, kayaknya jaman sekarang pria-pria seperti itu hanya 3 dari 10 pria. jadi carilah pria yang mendukung cita-cita lo bukan malah menyeret lo masuk ke dalam kesempitan pemikiran dia.
Gue memang paling ga setuju kalau harus diminta untuk tidak berkarir, ilmu yang gue kumpulin ini harus bisa bermanfaat untuk orang banyak, dan bro diluar sana semua wanita memiliki pengetahuan yang bahkan bisa melebihi lelaki, jadi sebagai lelaki lo juga jangan menyempitkan pemikiran lo. kita sama-sama berkarir dan sama-sama melayani itu jauh lebih menyenangkan daripada membatasi semangat perempuan lo.tapi yah balik lagi kepemikiran pribadi perempuannya antara mau dijajah atau merdeka.
jangan sia-siakan perjuangan Ibu Kartini, Bro, sis :)